Minggu, 27 Februari 2011

Hari ini telah dilantik Pejabat struktural RS Aisyiyah Bojonegoro

Sabtu, 19 Februari 2011

Sukses Akreditasi 5 Pelayanan Dasar Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro 2010

Akreditasi adalah pengakuan terhadap lembaga tertentu yg diberikan oleh badan yg berwenang setelah dinilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau kriteria tertentu. Sedangkan Akreditasi RS adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang ditentukan. Dari definisi itu jelas bahwa RS perlu mempelajari apa saja standar-standar yang berlaku baik untuk tingkat RS maupun untuk masing-masing pelayanan misalnya : Pelayanan (Yan) Medis, Yan Keperawatan, Administrasi & Manajemen, Rekam Medis, Yan Gawat Darurat, dsb.

Standar-standar ini terjadi dari elemen struktur, proses dan hasil (outcome). Struktur adalah fasilitas fisik, organisasi, sumber daya manusia, sistem keuangan, administrasi, kebijakan, SOP/Protap, program, dsb. Proses adalah semua pelaksanaan operasional dari staf/unit/bagian RS kepada pasien/keluarga/masyarakat pengguna jasa RS tersebut. Hasil (outcome) adalah perubahan status kesehatan pasien, perubahan pengetahuan/pemahaman serta perilaku yang mempengaruhi status kesehatannya di masa depan, dan kepuasan pasien. Hasil biasanya diukur dengan indikator RS atau indikator klinis. Hasil (outcome) berbeda dengan keluaran (output), contoh jumlah pasien operasi yang ada Infeksi Luka Operasi (ILO) dibagi jumlah pasien yang dioperasi (ILO/PO kali 100%). Tentu yang lebih penting adalah hasil/outcome, karena menentukan mutu suatu layanan.










Gambar: Maket Gedung Bi’r Aly RSA


Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro adalah sebuah Rumah Sakit swasta terbesar didaerah Bojonegoro, sebagai sebuah institusi pelayanan kesehatan tentu saja tidak lepas dari regulasi atau aturan yang ditetapakan oleh otoritas yang membawahi dunia kesehatan di Indonesia yang dalam hal ini adalah departemen kesehatan.

Dalam peraturan Departemen Kesehatan RI menyebutkan setiap Rumah Sakit baik pemerintah maupun swasta harus mempunyai suran ijin dari departemen kesehatan RI. Sedangkan untuk mendapatkan ijin tersebut salah satu persyaratannya adalah ruamah sakit tersebut harus terakreditasi nasional paling tidak lima pelayanan dasar. Atas dasar inilah RSA Bojonegoro semenjak beberapa tahun yang lalu mencanangkan program akreditasi 5 pelayanan dasar.

Persiapan Persiapan Akreditasi di RSA dimulai dengan membentuk Pokja (Kelompok Kerja) untuk masing-masing bidang pelayanan, misalnya : Pokja Yan Gawat Darurat, Pokja Yan Medis, Pokja Keperawatan, dsb. Pokja-pokja ini akan mempersiapkan berbagai standar untuk diterapkan untit/bagian, mendorong penerapan dan kemudian melakukan penilaian, yang disebut sebagai self assessment.

Berbagai strategi ditempuh untuk mensukseskan program akreditasi ini diantaranya:

Ø Studi banding

Ø Intensifikasi program dan sosialisasi internal dan external

Ø Restrukturisasi team

Ø Rapat dan pemantauan rutin

Ø Promosi program team dan komite

Ø Pelatihan-pelatihan

Ø Perbaiakan infra struktur

Ø Kebijakan-kebijakan khusus

Ø Spesial rewards and punishmen karyawan.


Penilaian dilakukan dengan manggunakan instrumen dari KARS. Instrumen ini terdapat pada satu buku yang tersedia di KARS terjilid sekaligus untuk 16 pelayanan. Judul buku adalah utamanya berisi Pedoman khusus/survei dari masing-masing pelayanan, pedoman ini tidak lain adalah instrumen yang digunakan untuk menilai atau mengukur sejauh mana RS sudah menerapkan standar. Pedoman khusus ini untuk masing-masing pelayanan berisi tujuh standar, terdapat parameter yang masing-masing jumlahnya berbeda-beda, kemudian ada skor, dan keterangan DO (Definisi Operatsional) serta CP (Cara Pembuktian). Dianjurkan agar Pokja mempelajari instrumen ini dengan cermat penilaian masing-masing pelayanannya


Akreditasi 5 pelayanan dasar dan parameternya: 1.Administrasi & Manajemen (24), 2. Yan Medis (18), 3. Yan Gawat, 4. Darurat (31), 5. Yan Keperawatan (23), 6. Rekam Medis (16), (5. Yan total=112 Parameter).


Penilaian hasil oleh surveyor kemudian diajukan ke KARS, dan keputusan Akreditasi dapat sbb: Tidak diakreditasi (Tidak Lulus). Akreditasi Bersyarat : nilai total>65%-<75%,>

Akreditasi pada sesuatu RS wajib dilakukan untuk lima pelayanan, disebut Akreditasi Tingkat Dasar yaitu pelayanan nomor 1 s/d 5/ Tiga tahun kemudian RS meningkatkan diri dan diakreditasi Tingkat Lanjut ( 12 pelayanan). Dan tiga tahun kemudian RS dapat diakreditasi untuk total 16 pelayanan (Akreditasi Tingkat Lengkap).


Bila upaya penerapan standar, perbaikan elemen-elemen standar struktur, proses dan hasil sudah cukup baik, yaitu melalui Penilaian Self Assesment, misalnya nilai yang diperoleh sudah mencapai 80-85% maka sudah dapat mengajukana permohonan untuk disurvei oleh KARS.


Alhamdulillah, setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan dan , setelah dilakukan berkali-kali self asassment dan beberapa kali asassment dari rumah sakit pembimbing maka rumah sakit ini memberanikan diri untuk mengajukan pembimbingan ke KARS pusat. Berdasarkan hasil bimbingan pada tanggal 13 - 14 Oktober 2010 dan atas rekomendasi KARS pula
maka RSA memberanikan diri untuk maju ke penilaian yang sesungguhnya sebulan kemudian.

Pada tanggal 24 – 26 Nopember 2010 selama tiga hari berturut-turut, rumah sakit ini menghadapi momen yang sangat bersejarah, dimana untuk pertamakalinya rumah sakit ini dinilai oleh KARS dan ini juga merupakan pertama kalinya rumah sakit swasta yang ada didaerah Bojonegoro dinilai dalam akreditasi.

Ahirnya setelah menunggu selama kurang lebih satu bulan, rumah sakit ini dinyatakan lulus dan terakreditasi penuh 5 pelayanan dasar. Hal ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri karena rumah sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro menjadi rumahs sakit swasta pertama di daerah ini yang terakreditasi.


Manfaat
Berdasarkan pengalaman kami dan pengalaman beberapa rumah sakit lain yang telah lulus akreditasi ada beberapa manfaat setelah terakreditasi, yaitu:

  • Peningkatan pelayanan (diukur dengan clinical indicator),
  • Peningkatan administrasi & perencanaan,
  • Peningkatan koordinasi asuhan pasien,
  • Peningkatan koordinasi pelayanan
  • Peningkatan komunikasi antara staf,
  • Peningkatan sistem & prosedur,
  • Lingkungan yang lebih aman,
  • Minimalisasi risiko,
  • Penggunaan sumber daya yang efisien,
  • Kerjasama yang lebih kuat dari semua bagian dari organisasi,
  • Penurunan keluhan pasien & staf,
  • Meningkatkan kesadaran staf akan tanggung jawabnya,
  • Peningkatan moril dan motivasi,
  • Re-energized organization,
  • Kepuasan pemangku kepentingan (stakeholder).

Perubahan adalah suatu proses panjang yang tidak akan pernah berhenti, berdasarkan atas berbagai pertimbangan dan manfaat diatas maka rumah sakit ini mencanangkan untuk mensukseskan akreditasi 12 pelayanan 3 tahun yang akan datang. Semoga sukses. Wass.

Rabu, 16 Februari 2011

HIV ADA DI BOJONEGORO


Istilah HIV telah digunakan sejak 1986 (Coffin et al., 1986) sebagai nama untuk retrovirus yang diusulkan pertama kali sebagai penyebab AIDS oleh Luc Montagnier dari Perancis, yang awalnya menamakannya LAV (lymphadenopathy-associated virus) (Barre-Sinoussi et al., 1983) dan oleh Robert Gallo dari Amerika Serikat, yang awalnya menamakannya HTLV-III (human T lymphotropic virus type III) (Popovic et al., 1984
Dan setelah itu beberapa Negera terdapat penduduk yang terinfeksi virus HIV. Kita ambil contoh saja dari RS Aisyiyah Bojonegoro yang terdapat di Negara Indonesia ini. Talah tercatan 3 orang dalam satu bulan masuk RS Aisyiyah dengan Diagnosa terkena HIV. dari biodata yang didapat pula kebanyakan merupakan penduduk yang bekerja di luar daerah Bojonegoro dan kembali dikarenakan sakit. Setelah pasien mengetahui keadaan tersebut, rata-rata pasien dan keluarganya menginginkan untuk di rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki ruang untuk HIV.

Empat Anaku,



Tiga Masuk Rumah Sakit
Dengan datang tergesa-gesa dua perempuan dengan menggandeng dua anak dan yang lain berjalan mengikuti di blakangnya. Dari pintu UGD RS Aisyiyah yang terbuat dari kaca transparan ibu tersebut bilang mau opnamekan anaknya, dengan alasan sudah dari dokter anak. Setelah dipersilahkan masuk oleh perawat sambil membukakan pintu kaca tersebut dan meminta salah satu keluarganya untuk mendaftarkan kamar untuk anaknya tersebut. Yang membuat kaget lagi ternyata setelah di anamnese ternyata 3 dari 4 anaknya terkana DBD dengan penunjang hasil laboratorium yang telah dilakukan sebelum datang ke UGD.
Setelah semua administrasi dilakukan maka 3 anak tersebut yang merupakan kakak beradik mulai dipasang infus dan dimasukkan beberapa obat yang telah di anjurkan oleh dokter yang menanggung jawab.
Dari keadaan ini, dapat disimpulkan bahwa DBD masih bisa berkembang dan bertahan di masyarakat. Selain itu pula dimungkinkan kurangnya menjaga sanitasi lingkungan yang merupakan dasar dari sumber berkembangnya DBD dengan perantara nyamuk. Aide Aegipty yang sering kita dengar merupakan nyamuk yang membawa bibit penyakit dari Deman Berdarah Dengue tersebut.